on Senin, 24 September 2012
Lombok memang kaya akan kekayaan alamnya yang esksotis. Anda pastilah tahu Gili Trawangan bukan? ya sebuah destinasi wisata utama yang menawarkan sejuta sensasi di Lombok, mulai dari pesona keindahan alam bawah laut sampai dengan ombaknya yang  menggoda hati untuk segera berselancar ketika di sana.

Akan tetapi Lombok tak hanya dikenal dengan eksotisme keindahan alamnya saja, lantaran Lombok juga dikenal dengan pulau yang banyak menyelenggarakan berbagai macam festival yang didasarkan pada tradisi masyarakatnya. Sebut saja Festival Bau Nyale yang diselenggarakan setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan purnama yang biasanya jatuh pada sekitar bulan Februari atau Maret.
sumber foto: www.lomboklovers.aforumfree.com
Festival ini diadakan tepat di 16 titik Pantai Selatan Lombok Tengah yang memanjang sejauh puluhan kilometer dari arah Timur hingga barat seperti di Pantai Kaliantan, Pantai Kuta atau Pantai Selong Belanak.

Festival Bau Nyale pada dasarnya adalah ritual menangkap cacing laut yang biasanya keluar di daerah pantai Kuta. Cacing-cacing yang berwarna hijau, coklat, oranye hingga merah itu akan keluar pada tengah malam hingga pagi hari ketika pesisir laut mulai surut. Nyale sendiri berasal dari nama sejenis cacing laut yang biasa hidup di dasar laut atau lubang-lubang batu karang. 
www.lomboklovers.aforumfree.com
Nah, biasanya sebelum perayaan inti dari festival biasanya digelar beberapa kesenian dan acara tradisional seperti  Betandak (berbalas pantun), Bejambik(pemberian cendera mata kepada kekasih) serta Belancara (pesiar dengan perahu. Tak ketinggalan digelar pula pementasan drama yang diangkat dari kisah Putri Mandalika.

Kisah Putri Mandalika
Tradisi Nyale erat kaitannya dengan Putri Mandalika, tetapi siapakah Putri Mandalika itu sebenarnya? Putri ini menurut cerita masyarakat setempat Nyale adalah jelmaan dari rambut Putri Mandalika. Putri Mandalika  adalah seorang putri cantik yang arif sekaligus bijaksana dari seorang raja yang pernah memerintah di Pulau Lombok.

Cantiknya putri itu memukau banyak pangeran dan banyak dair mereka ingin meminangnya.  Saking baiknya, tak ada satu pun pangeran yang ditolaknya  ketika datang untuk melamarnya. Namun hal ini jusru menimbulkan kekisruhan yang berujung pada peperangan di antara pangeran-pangeran itu karena antara satu dengan yang lainnya ingin memiliki dirinya. Kontan, Putri Mandalika pun berpikir bagaimana caranya mengatasi ini semua.

Hingga datanglah acara yang dihadiri oleh para pangeran-pangeran itu.  Dalam suatu kesempatan Putri berorasi di hadapan kerumunan “Wahai, Ayahanda dan Ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai! Setelah aku pikirkan dengan matang, aku memutuskan bahwa diriku untuk kalian semua. Aku tidak dapat memilih satu di antara banyak pangeran. Diriku telah ditakdirkan menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan.”
 
Putri Mandalika pun memutuskan untuk menceburkan diri ke Pantai Selatan mengorbankan jiwa raganya agar peperangan itu tidak terjadi. Nah, setelah kejadian tersebut, setiap tahunnya munculah Nyale yang dipercaya sebagai jelmaan dari rambut Putri Mandalika.

Nyale kaya Protein
Setelah puncak festival Nyale digelar, warga yang berhasil mengangkap nyale kemudian mengkonsumsinya alias memasak nyale-nyale itu untuk dimakan bersama-sama. Menurut penelitian, Nyale yang ditangkap itu ternyata baik dikonsumsi oleh manusia karena kaya akan protein dan terbukti mengeluarkan zat-zat yang dapat membunuh kuman-kuman. (berbagai sumber)