on Senin, 05 November 2012

Pernahkah Anda mendapatkan atau sengaja mengambil semacam Guide Book, pamflet atau brosur wisata yang berisikan informasi-informasi mengenai objek wisata pada saat berkunjung ke salah satu stand di ajang pameran wisata.

Jika pernah,  guide book atau brosur yang Anda pegang itu sejatinya merupakan salah satu cara untuk  mempromosikan tempat wisata kepada khayalak luas. Dan biasanya brosur, pamflet  seperti itu dikeluarkan oleh pihak-pihak atau dinas wisata terkait yang berada di wilayah administratif dimana objek wisata itu berada. 

Soal isinya itu tergantung, mungkin ada yang menjelaskan secara singkat perihal objek-objek wisata tersebut, mungkin juga ada yang menjelaskan secara detail objek wisata itu. Bahkan tak jarang Anda akan mendapatkan CD gratis wisata secara cuma-cuma tanpa harus mengeluarkan biaya. 

Tentu setelah mendapatkannya, Anda akan sedikit mendapat pencerahan bukan soal tempat wisata yang menarik dari suatu daerah tertentu?. Alih-alih setelah membaca dan tertarik, mungkin Anda pun akan berpikir lain kali saya harus singgah ke tempat wisata tersebut jika ada jeda waktu diantara sibuknya kerja. Brosur atau pamflet sebagai awal, mungkin selanjutnya jari Anda akan mengetikkan tuts keyboard sebagai upaya berselancar di dunia maya mencari informasi lebih lanjut dari objek wisata itu.

Nah, berbicara soal dunia promosi di bidang kepariwisataan ternyata sewaktu Belanda masih menancapkan kekuasaan di Indonesia sangat getol untuk urusan yang satu ini. Yup promosi, perhatiannya pun cukup besar, terlebih saat Vereeneging Toeristen Verkeer (VTV) berdiri sebagai sebuah badan atau official tourist bureau.  VTT ini kedudukan selain sebagai Tourist Goverment Office juga bertindak sebagai tour operator atau travel agent. VTT  hidupnya banyak bergantung pada komisi-komisi yang mereka peroleh dari hotel-hotel dan tour yang mereka selenggarakan di samping hasil penjualan promosi, seperti brosur, pamflet, tourist map dan yang lainnya.
sumber foto: www.openlibrary.org
Pada tahun 1913, VTT menerbitkan semacam Guide Book berbahasa Inggris yang isinya terbilang lumayan menegai daerah-daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera Barat, dan beberapa kota lainnya. Tak hanya itu VTT pun  melakukan promosi ke luar negeri dengan menerbitkan majalah bertajuk “Tourism”yang dikirim sekali dalam sebulan kepada lebih kurang 10.000 alamat yang terpilih di luar negeri. Beberapa tahun kemudian VTT juga banyak menerbitkan guide book promosi, misalnya Come to Java yang meupakan complegte guide to java, Bandung: The Mountain City to Netherland India, Batavia: Queen City Of the East, Road Map to Garoet, dan masih banyak lagi.
sumber foto: www.koleksitempodoeloe.blogspot.com
Untuk dapat menyebarkan brosur-brosur tersebut  dan guna menampung segala pertanyaan-pertanyaanyang datang dari orang-orang yang akan berkunjung ke Indonesia pada waktu itu, maka di kota Paris pernah didirikan suatu kantor yang bernama Offical Tourist Bureau for Holland and The Netherlands Indie.

Selain oleh lembaga-lembaga yang bertanggungjawab dalam kepariwisataan yang mengeluarkan promosi material tersebut, pun perusahaan-perusahaan yang langsung telah pula menyadari pentingnya promosi waktu itu. Hal ini keliahatan dari brosur yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bergerak dalam industri pariwisata pada waktu itu. Sebut saja  Hotel Savoy Homann di Bandung, Hotel Dieng Wonosobo yang mengeluarkan Guide to see Dieng Plateau, dan yang lainnya.( berbagai sumber)